ALAT KONTRASEPSI KB
A. Penanganan efek samping
metode KB sederhana
1. Kondom
1. Iritasi lokal pada penis: pastikan
pada kondom tidak terdapat bahan tambahan, jika timbul reaksi pada setiap
penggunaan, gunakan metode lain dan bantu klien memilih metode lain.
2. Kondom rusak atau bocor sebelum
pemakaian: buang dan pakai kondom yang baru atau gunakan spermisida.
3. Kondom bocor saat berhubungan:
pertimbangkan pemberian Morning After Pil.
4. Mengurangi kenikmatan berhubungan
seksual: gunakan kondom yang lebih tipis atau ganti metode kontrasepsi lain.
2. Diafragma
1. Infeksi saluran kemih: berikan
antibiotik, sarankan mengosongkan kandung kemih pasca senggama atau gunakan
metode kontrasepsi lain.
2. Rasa nyeri pada tekanan terhadap
kandung kemih/rektum: lakukan penilaian kesesuaian ukuran forniks dan
diafragma, bila terlalu besar, coba ukuran yang lebih kecil. Lakukan follow
up masalah yang telah ditangani.
3. Timbul cairan vagina yang berbau:
periksa adanya IMS (Infeksi Menular Seksual) atau benda asing dalam vagina.
Sarankan lepas segera diafragma pasca senggama. Apabila kemungkinan ada IMS,
lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi.
4. Luka dinding vagina akibat tekanan
pegas diafragma: hentikan penggunaan diafragma untuk sementara dan gunakan
metode lain. Bila sudah sembuh, periksa kesesuaian ukuran forniks dan
diafragma.
B. Penanganan efek samping
metode KB modern
1)
Pil
Terjadi amenorhoe
–
Pastikan hamil atau tidak, jika tidak hamil maka tidak diperlukan tindakan
khusus, cukup lakukan konseling.
–
Bila amenorhoe berlanjut, atau hal tersebut membuat klien khawatir, maka
lakukan rujukan ke dokter kandungan.
–
Bila hamil, hentikan pil, lanjutkan kehamilan dan yakinkan klien bahwa pil yang
telah diminumnya tidak memberikan efek terhadap janin.
–
Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, lakukan rujukan.
Perdarahan
bercak/Spotting
–
Lakukan tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologik.
–
Apabila tidak menimbulkan masalah kesehatan/tidak hamil, tidak perlu tindakan
khusus.
–
Jelaskan kembali bahwa efek samping ini biasa terjadi pada penggunaan 3 bulan
pertama dan akan berhenti.
–
Apabila klien tetap tidak menerima keadaan tersebut, bantu memilih metode
kontrasepsi lain.
Mual,
pusing/muntah
–
Tes kehamilan atau pemeriksaaan ginekologi, bila tidak hamil berikan konseling
cara minum pil yang benar.
2)
Suntik
Amenorrhoe
–
Jelaskan kembali efek samping KB suntik.
–
Pastikan kehamilan, jika tidak hamil maka tidak perlu diberi pengobatan khusus,
jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul dalam rahim.
–
Bila klien tidak menerima kelainan haid tersebut, suntikan sebaiknya tidak
dilanjutkan, bantu klien memilih jenis alat kontrasepsi yang lain.
–
Bila klien hamil, hentikan penyuntikan dan jelaskan bahwa hormon yang terdapat
dalam suntik KB sedikit sekali pengaruhnya terhadap janin.
Perdarahan
–
Jelaskan bahwa perdarahan ringan/bercak (spotting) sering dijumpai,
namun tidak berbahaya. Apabila tetap berlanjut lebih dari 3 bulan pemakaian,
perlu dicari penyebab perdarahan tersebut. Sedangkan apabila tidak ditemukan
penyebabnya, maka tanyakan pada klien apakah masih tetap ingin menggunakan
metode kontrasepsi suntik, jika tidak bantu klien memilih metode kontrasepsi
yang lain.
–
Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan seksual,
klien perlu diberi pengobatan yang sesuai, klien dapat terus melanjutkan
penggunaan kontrasepsi suntik.
–
Bila perdarahan banyak/memanjang (lebih dari 8 hari) atau dua kali lebih banyak
dari perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid normal, jelaskan bahwa
hal tersebut biasa terjadi pada bulan pertama suntikan.
–
Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya, dan bila ditemukan
kelainan ginekologik, klien perlu diobati/dirujuk.
– Bila perdarahan yang terjadi tidak dapat diterima
klien/mengancam kesehatan klien, maka hentikan penyuntikan, bantu klien memilih
metode kontrasepsi yang sesuai.
3)
Implant
Amenorrhea
–
Pastikan kehamilan, apabila tidak hamil, lakukan konseling tidak perlu
penanganan khusus.
–
Bila klien tidak dapat menerima keadaannya, cabut implant dan anjurkan
menggunakan kontrasepsi lain.
–
Bila terjadi kehamilan, dan klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut implant
dan jelaskan bahwa hormon progestin sintetik pada implant tidak berbahaya bagi
janin.
–
Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien.
Perdarahan bercak/Spotting
–
Jelaskan kembali bahwa perdarahan ringan/bercak sering ditemukan terutama pada
tahun pertama panggunaan.
–
Bila klien tetap saja mengeluh dan merasa tidak nyaman atas keluhannya dan
ingin tetap melanjutkan pemakaian, maka dapat diberikan pil kombinasi selama
satu siklus dan berikan Ibuprofen 3x800mg selama 5 hari, perdarahan akan
terjadi setelah pil kombinasi habis.
–
Apabila terjadi perdarahan lebih dari biasanya, maka berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil
kombinasi, dan atau berikan 50µg ethynilestradiol atau 1,25mg estrogen equein
konjugasi untuk 14-21 hari.
Ekspulsi batang implant
–
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat,
dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi pada daerah insisi.
–
Apabila tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi dan kapsul yang lain masih
berada pada tempatnya, pasang kapsul baru satu buah pada tempat insersi yang
berbeda.
–
Bila ada infeksi, cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada
lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
Infeksi pada daerah insersi
–
Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, kemudian
berikan antiseptik, lalu berikan antibiotik oral yang sesuai untuk 7 hari.
–
Untuk sementara implant tidak dilepas, ditunggu satu minggu, klien
diinstruksikan kembali dalam satu minggu.
–
Apabila setelah satu minggu keadaan luka tidak membaik, cabut implant dan
pasang implant yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari metode
kontrasepsi lain yang sesuai.
–
Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptic, lakukan insisi dan
alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, dan berikan
antibiotika oral yang sesuai selama 7 hari.
Berat badan naik/turun
–
Informasikan kembali pada klien tentang efek samping implant terhadap
peningkatan berat badan, apabila terjadi perubahan berat badan 1-2 kg, maka hal
ini masih dapat dikatakan normal.
–
Kaji ulang diit klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih.
–
Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, maka bantu klien
mencari metode kontrasepsi lain.
4)
Intra Uterine Devices (IUD)
Perdarahan
–
Yakinkan klien bahwa jumlah darah haid atau perdarahan diantara haid menjadi
lebih banyak pada pengguna AKDR terutama pada beberapa bulan pertama.
–
Lakukan evaluasi penyebab-penyebab perdarahan lainnya dan lakukan penanganan
yang sesuai jika diperlukan.
–
Jika tidak ditemukan penyebab lainnya, beri NSAID (Non Steroid Anti
Inflamatory) seperti ibuprofen selama 5-7 hari.
–
Jika perdarahan masih terjadi dan klien merasa sangat terganggu, tawarkan
metode pengganti bila klien ingin menghentikan penggunaan AKDR.
Kram dan nyeri
–
Jelaskan bahwa spasme otot rahim dan dismenorhoe dapat terjadi pada pengguna
AKDR, khususnya dalam beberapa bulan pertama.
–
Cari penyebab perdarahan dan beri penanganan yang sesuai jika diperlukan.
–
Jika tidak ditemukan penyebab yang lainnya, lakukan rujukan, sementara berikan
Asetaminophen atau Ibuprofen setiap hari pada beberapa hari pertama menstruasi.
–
Jika perdarahan masih terjadi dan klien merasa sangat terganggu, tawarkan
metoda pengganti bila klien ingin menghentikan penggunaan AKDR.
Penanganan keluhan benang AKDR
–
Jelaskan bahwa keluhan ini umum terjadi dan bukan masalah yang serius. Petugas
akan mencoba untuk memeriksa kembali dan mencoba menghilangkan keluhan yang
ada.
–
Pastikan AKDR terpasang baik dan tidak ada bagian-bagian yang terlepas sebagian
–
Jika AKDR terpasang baik pada tempatnya, lakukan perbaikan dengan menggunting
benang hingga tidak menimbulkan gangguan atau melepas AKDR apabila setelah
perbaikan masih ada keluhan.
–
Saat dilakukan perbaikan benang dengan memotong benang, maka guntinglah benang
dengan tepat sehingga tidak menonjol keluar dari mulut rahim (muara cerviks).
Jelaskan pula bahwa benang AKDR tidak lagi keluar dari mulut rahim dan
pasangannya tidak akan merasakan juluran benang tersebut. Kemudain buatlah
catatan untuk klien bahwa benang telah terpotong rata setinggi permukaan
cerviks (penting dicantumkan guna kemudahan saat mencabut AKDR).
C. Penanganan efek samping
metode KB mantap
1)
Tubektomi
Reaksi alergi anestesi
–
Menjelaskan sebab terjadinya bahwa adanya reaksi hipersensitif atau alergi
karena masuknya larutan anestesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian
anestesi lokal yang melebihi dosis.
–
Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi
besar atau kecil.
Infeksi atau abses pada luka
–
Menjelaskan sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar sterilitasi alat
dan ruangan operasi serta pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya teknik
perawatan luka pasca operasi.
Perforasi rahim
–
Menjelaskan sebab terjadinya, karena elevator rahim didorong terlalu kuat ke
arah yang salah, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang
memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang rumit (biasanya posisi rahim
hiperretrofleksi, adanya perlengketan pada rahim, dan pasca keguguran).
–
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia.
Perlukaan kandung kencing
–
Menjelaskan sebab terjadinya, karena tidak sempurnanya pengosongan kandung
kencing.
–
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia.
Perlukaan usus
–
Menjelaskan sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai prosedur, teknik
operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang memadai, serta keadaan
anatomi tubuh yang rumit.
–
Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh
manusia.
Perdarahan mesosalping
–
Menjelaskan sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di daerah
mesosalping.
2)
Vasektomi
Reaksi alergi anestesi
–
Reaksi ini terjadi karena adanya reaksi hipersensitif/alergi karena masuknya
larutan anastesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian anastesi lokal
yang melebihi dosis. Penanggulangan dan pengobatannya adalah dengan Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE) untuk menjelaskan sebab terjadinya reaksi.
Perdarahan
–
Biasanya terjadi perdarahan pada luka insisi di tempat operasi, dan perdarahan
dalam skrotum. Penyebab terjadinya perdarahan tersebut karena terpotongnya
pembuluh darah di daerah saluran mani dan atau daerah insisi.
–
Penanggulangannya perdarahan dihentikan dengan penekanan pada pembuluh darah
yang luka apabila terjadi pada saat operasi.
Hematoma
–
Hematoma ditandai dengan adanya bengkak kebiruan pada luka insisi kulit
skrotum. Hal ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah
kapiler.Penanggulangannya dilakukan dengan tindakan medis yaitu memberikan
kompres hangat, kemudian beri penyangga skrotum, dan bila perlu dapat diberikan
salep anti hematoma.
Infeksi
–
Gejala/keluhan apabila terjadi infeksi yaitu adanya tanda-tanda infeksi seperti
panas, nyeri, bengkak, merah dan bernanah pada luka insisi pada kulit skrotum.
Penyebab infeksi ini karena tidak dipenuhinya standar sterilisasi peralatan,
standar pencegahan infeksi dan kurang sempurnanya teknik perawatan pasca
operasi.
Granuloma sperma
–
Granuloma sperma yaitu adanya benjolan kenyal yang kadang disertai rasa nyeri
di dalam skrotum. Penyebabnya adalah keluarnya spermatozoa dari saluran dan
masuk ke dalam jaringan sebagai akibat tidak sempurnanya ikatan vas deferens.
–
Apabila granuloma sperma kecil akan di absorpsi spontan secara sempurna. Bila
granuloma besar rujuk ke RS untuk dilakukan eksisi sperma granuloma dan
mengikat kembali vas deferens, namun biasanya akan sembuh sendiri. Rasa nyeri
dapat diatasi dengan pemberian analgetik.
Gangguan penis
–
Meningkatnya gairah seksual (libido) dan menurunnya kemampuan ereksi
(impotensi) merupakan keluhan yang sering dialami oleh pria setelah operasi.
Kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan psikologis (baik yang meningkat
libidonya ataupun yang impotensi), karena secara biologis pada vasektomi
produksi testoteron tidak terganggu sehingga libido (nafsu seksual) tetap ada.
–
Penanggulangan dari efek samping ini tidak perlu dilakukan tindakan medis,
namun perlu dilakukan psikoterapi.